Oleh: Amelia Yulianti*
Semilir angin menggoyangkan rerumputan yang basah
sebab sisa gerimis kemarin sore
bak rumput yang layu mendayu-dayu
rupanya kau pun makin berlalu layaknya mimpi-mimpi burukku di petang lalu
benar saja rupanya kau pergi bersama musim semi
namun kucoba tak percaya atas kepergianmu
kususuri koloni batu yang kerap kita lewati
mereka bersorak sorai sambil bertepuk riuh
menertawakan kepergianmu yang telah berlalu
barangkali memang benar
jika aku sekadar lentera di hidupmu
yang dibutuhkan kala gelap gulita
dan kau buang kala terang menyapa
bahkan api yang kujaga tak mampu melupa bayang-bayang akan dirimu
kucoba menghapus dengan cahaya pagi
namun senyumanmu membekas menusuk jiwa kalbuku
mengapa jiwa ini begitu sekarat selepas kepergianmu?
hingga aku terjungkal oleh kenangan yang kau ukir di dalamnya
di jalan persimpangan ini kau tinggalkan secercah harapan
dengan sebuah sampul janji yang manis bersamaku
sedang awan mendung pun turut menjadi saksi bisu kala itu
hingga daun-daun berhenti merontok
akankah sang mendung juga berpaling dariku?
berpesta pora bersulang gelas atas janjimu yang membusuk
andai dimensi waktu dapat kutebas
mungkin kini dirimu tetap di jalan ini
menikmati secangkir kopi hitam pekat kesukaan kita
seraya memecah pundi-pundi rindu yang kita punya
menghapus sekat jarak yang kita buat
sembari menikmati lagu klasik dari piringan hitam sang empunya kafe
hingga semburat malu menjalar ke pipiku
sampai kita lupa bahwa kita tak lagi memesan kopi yang sama
kopi tlah dingin
kamu tlah pergi
dan kini mendung pun makin menjadi
ia bersekongkol dengan jalan
dalam misi menghapus jejak menuju kenangan
biar saja semesta menghukumku
menertawakan kepergian dan janji-janjimu
barangkali memang dirimu bahagia di sana
semoga mimpi buruk ini segera berakhir
hingga esok kita bertemu kembali dengan wajah yang berseri
(Paguyangan, 30 Desember 2019)
*Penulis adalah mahasiswi Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia Universitas Peradaban Kabupaten Brebes, Jateng.
**)Mohon maaf apabila ada kesamaan kisah, tempat dan nama. Puisi ini hanyalah hasil imajinasi penulis semata. Terima kasih.